BAB II
KAJIAN TEORI
II.1
Manajemen Soap
Dokumentasi kebidanan adalah bagian
dari kegiatan yang harus dikerjakan oleh bidan setelah memberi asuhan kepada
pasien, merupakan informasi lengkap meliputi status kesehatan pasien, kebutuhan
pasien, kegiatan asuhan keperawatan/kebidanan serta respons pasien terhadap
asuhan yang diterimanya. (Anjarwati, 2010)
Tulisan yang berisi komunikasi
tentang kenyataan yang essensial untuk menjaga kemungkinan-kemungkinan yang
bisa terjadi untuk suatu periode tertentu serta menyiapkan dan memelihara
kejadian-kejadian yang diperhitungkan melalui lembaran/catatan/dokumen.
(Franches Talska Fishbacht, 1991)
Dalam teknik penulisan dokumentasi,
jangan menghapus, menggunakan tipp-ex atau mencoret tulisan yang salah ketika
mencatat, karena akan tampak seakan-akan bidan mencoba menyembunyikan informasi
akan merusak catatan. Cara yang benar adalah dengan membuat suatu garis pada
tulisan yang salah, tulis kata dan quot; salah & quot; lalu diparaf,
kemudian tulis catatan yang benar. (Menurut Potter dan Perry, 1989)
Manajemen SOAP adalah salah satu
upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan adalah
dengan adanya system pendokumentasian yang baik. System pendokumentasian yang dilaksanakan dapat memberikan manfaat
antara lain sebagai sarana komunikasi antara tenaga kesehatan, saran untuk
mengetahui perkembangan evaluasi pasien, dapat dijadikan data penelitian dan
pendidikan, mempunyai nilai hukum, dan merupakan dokumen yang syah. Dalam
kebidanan banyak hal penting yang harus didokumentasikan yaitu segala asuhan
yng diberikan oleh bidan baik pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir,
dan keluarga berencana.
SOAP
merupakan urutan langkah yang dapat membantu anda mengorganisasikan pikiran
anda dan memberikan asuhan yang menyeluruh.
Metode
ini merupakan inti sari dari suatu proses penatalaksanaan kebidanan untuk
tujuan pembuatan dokumentasi asuhan.
BAB III
METODE PENULISAN
Metode
penulisan merupakan langkah – langkah yang digunakan untuk merndapatkan
informasi atau pengetahuan yang diperlukan dalam penyusunan sebuah makalah.
Macam – macam metode penulisan makalah diantaranya yaitu sebagai berikut :
1.
Metode historis, yaitu metode yang
digunakan untuk membuat rekontruksi dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi, serta
memverifikasi informasi yang digunakan dalam penyusunan makalah.
2.
Metode pustaka, yaitu suatu metode
penyusunan makalah yang bertujuan mencari data dengan cara membaca dan
mempelajari teori - teori, undang – undang dan ketentuan lain yang ada
hubungannnya.
3.
Metode analisis data kualitatif
(menggambarkan).
Dalam
makalah ini, kami menggunakan ketiga metode tersebut karena ketiga metode
tersebut merupakan metode yang tepat dalam penulisan makalah ini.
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1 Pengertian pendokumentasian asuhan kebidanan
Setelah melakukan asuhan
kebidanan setiap bidan dituntut untuk mendokumentasikan dalam catatan pasien
atau rekam medik. Dokumentasi ini sebagai pertanggung jawaban dan
pertanggung-gugatan bidan terhadap apa yang telah dilakukan dalam pelayanan
kebidanan.
Dokumentasi dalam asuhan
kebidanan adalah suatu pencatatan yang lengkap dan akurat terhadap
keadaan/kejadian yang dilihat dalam pelaksanaan asuhan kebidanan (proses asuhan
kebidanan).
4.2
Fungsi pendokumentasian
Adapun fungsi dari
pendokumentasian adalah sebagai berikut :
1.
Sebagai
dokumen yang sah sebagai bukti atas asuhan yang telah di berikan.
2.
Sebagai
sarana komunikasi dalam tim kesehatan yang memberikan asuhan.
3.
Sebagai
sumber data yang memberikan gambaran tentang kronologis kejadian kondisi yang
terobservasi untuk mengikuti perkembangan dan evaluasi respon pasien terhadap
asuhan yang telah di berikan.
4.
Sebagai
sumber data penting untuk pendidikan dan penelitian
4.3 Manfaat dan pentingnya
dokumentasi
1.
Nilai
hukum - catatan informasi tentang klien / pasien merupakan dokumentasi resmi
dan mempunyai nilai hukum jika terjadi suatu masalah yang berkaitan dengan
pelanggaran etika & moral profesi , dokumentasi dapat merupakan barang
bukti tentang tindakan yang telah dilakukan bidan sekaligus sebagai bahan
pertimbangan dalam memberikan sanksi.
2.
Jaminan
mutu ( quality control ) – pencatatan yang lengkap & akurat dapat menjadi
tolak - ukur dalam menilai asuhan yang telah diberikan dan menentukan tindak
lanjut berikutnya.
3.
Alat
komunikasi – merupakan alat “ perekam “ terhadap masalah yang terkait dengan
klien / pasien atau tenaga kesehatan lain. Dapat dilihat apa yang telah terjadi
/ dilakukan terhadap pasien / klien , terutama pada keadaan dimana pasien perlu
dirujuk atau dikonsultasikan ke dokter /ahli gizi dsb.
4.
Nilai
administrasi termasuk salah satunya adalah biaya/dana – dapat dipergunakan
sebagai pertimbangan / acuan dalam menentukan biaya yang telah dibutuhkan /
dikeluarkan untuk asuhan.
5.
Nilai
pendidikan – dapat di pergunakan sebagai bahan pembelajaran bagi peserta didik
kebidanan maupun tenaga bidan muda , karena menyangkut secara kronologis proses
asuhan kebidanan serta tindakan yang dilakukan (sistematika pelaksanaan).
6.
Bahan
penelitian – dokumentasi yang rangkap & akurat dapat mempunyai nilai bagi
penelitian dalam pengembangan pelayanan kebidanan selanjutnya (objek riset).
7.
Akreditasi
/ audit – digunakan sebagai kesimpulan keberhasilan asuhan yang diberikan serta
menentukan / memperlihatkan peran & fungsi bidan dalam masalah kebidanan.
4.4
Prinsip
manajemen kebidanan
Proses manajemen
kebidanan, berdasarkan standar yang di keluarkan oleh American college of nurse
midwife adalah sebagai berikut :
1.
Secara systematis
mengumpulkan dan memperbaruhi data yang lengkap dan relevan dengan melakukan
pengkajian yang komperhensif tentang kondisi kesehatan aetiap klien, termasuk
mengumpulkan riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik.
2.
Mengidentifikasi
masalah dan membuat diagnosis berdasarkan interprestasi data dasar.
3.
Mengidentifikasi kebutuhan
akan layanan kesehatan dalam menyelesaikan masalah dan merumuskan tujuan
layanan kesehatan bersama klien .
4.
Memberikan informasi
dan dukungan sehingga klien dapat mengambil keputusan dan bertanggung jawab
terhadap kesehatnnya.
5.
Membuat rencana asuhan
yang komperhensif bersama klien.
6.
Secara pribadi
bertanggung jawab terhadap implementasi rencana individual, melakukan
konsultasi perencanaan, dan melaksanakan manajemen dengan kolaborasi, serta
merujuk klien untuk mendapat asuhan selanjutnya.
7.
Merencanakan manajemen
untuk komplikasi tertentu, situasi darurat, dan jika adapenyimpangan dari
keadaan normal.
8.
Melakukan evaluasi
bersama klien tentang pencapaian pelayanan kesehatan dan merevisi rencana
asuhan sesuai dengan kebutuhan.
Proses manajemen
terdiri atas 7 langkah yang berurutan dan setiap langkah di sempurnakan secara
berkala. Proses dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan
evaluasi. Ke tujuh tersebut membentuk suatu kerangka yang lengkap dalam situasi
apapun. Akan tetapi setiap langkah dapat di uraikan lagi menjadi
langkah-langkah yang lebih detail dan ini bisa berubah sesuai dengan kebutuhan
klien.
a.
Langkah
1 : Pengumpulan data dasar
Pada langkah
pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpukan data dasar yang di perlukan
untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap yaitu :
1)
Riwayat kesehatan
2)
Pemeriksaan fisik
sesuai dengan kebutuhannya
3)
Meninjau catatan
terbaru atau catatan sebeumnya
4)
Meninjau data
laboratorium dan membandingkannya dengan hasil study
Pada tahap ini,
bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat dari berbagai sumber. Bidan
mengumpulkan data dasar awal yang lengkap tentang kondisi klien. Bila klien
mengalami komplikasi yang diperlukan di ambil dari hasil pemeriksaan
laboratorium atau pemeriksaan diagnostic yang lain. Terkadang bidan perlu
memulai manajemen dari langkah ke-4 untuk memperoleh data dasar awal yang perlu
di sampaikan kepada dokter.
b.
Langkah
II : Interprestasi data dasar
Pada tahap ini,
bidan mengidentifikasi diagnois atau masalah dan kebutuhan klien secara tepat
berdasarkan interprestasi data yang akurat. Data dasar yang telah dikumpulkan
kemudian di interprestasikan sehingga ditemukan masalah atau diagnosis yang
spesifik. Kata masalah dan diagnosis sama-sama digunakan karena beberapa
masalah tidak dapat di selesaikan layaknya diagnosis, tetapi membutuhkan
penanganan yang tertuang dalam sebuah rencana asuhan bagi klien. Masalah sering
kali berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasi oleh bidan sesuai
dengan arahan. Masalah ini sering kali menyertai diagnosis. Sebagai contoh, di
peroleh diagnosis kemungkinan wanita hamil, dan masalah yang berhubungan dengan
diagnosis ini adalah bahwa wanita tersebut mungkin tidak menginginkan
kehamilannya. Contoh lain yaitu wanita pada trimester ke III merasa takut
menghadapi proses persalinan yang sudah tidak dapat di tunda lagi. Perasaan
takut tidak termasuk dalam kategori “nomenklatur standar,” tetapi tentu akan
menghadirkan masalah yang memerlukan pengkajian lebih lanjut dan perencanaan
untuk mengurangi rasa takut tersebut
c.
Langkah
III : Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial
Pada langkah
ini, bidan mengidentifikasi atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian
masalah dan diagnosis yang sudah diidentifikasi sebelumnya. Langkah ini membutuhkan
upaya antisipasi, atau bila memungkinkan upaya pencegahan, ambil mengamati
kondisi klien. Bidan di harapkan dapat bersia-siap bila diagnosis/ masalah
potensial ini benar-benar terjadi.
Langkah ini
sangat penting dalam memberikan asuhan yang aman bagi klien. Mari kita lihat
contoh kasus seorang wanita yang mengalami pemuaian uterus yang berlebihan.
Bidan harus mempertimbangkan kemungkinan penyebab pemuaian yang berlebihan
tersebut (misalnya, polihidramnion, besar dari masa kehamilan, ibu dengan diabetes
kehamilan, atau kehamilan kembar). Kemudian, bidan harus melakukan langkah
antisipasi dan membuat perencanaan untuk mengatasi kondisi tersebut dan
bersiap-siap terhadap kemungkinan perdarahan pascapartum tiba-tiba akibat
atonia uteri yang di sebabkan pemuaian uterus yang berlebihan. Pada kasus
persalinan dengan bobot bayi beasr, bidan sebaiknya melakukan antisipasi dan
bersiap-siap terhadap kemungkinan distosia bahu dan perlunya tindakan
resusitasi.
Bidan sebaiknya
waspada terhadap kemungkinan wanita menderita infeksi saluran kemih yang
menyebabkan tingginya resiko kelahiran premature atau bayi kecil. Persiapan
yang sederhana adalah dengan bertanya dan mengkaji riwayat kehamilan pada
setiap kunjungan ulang, pemeriksaan laboratorium, dan segera member pengobatan
jika infeksi saluran kemih terjadi.
d.
Langkah
IV : Mengidentifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera
Pada tahap ini,
bidan mengidentifikasi perlu / tidaknya tindakan segera oleh bian maupun oleh
dokter dan /kondisi yang perlu di konsultasikan atau di tangani bersama-sama
anggota tim kesehatan yanglain sesuai dengan kondisi klien. Langkah ke empat
mencerminkan kesinambungan proses manajemen kebidanans. Dengan kata lain
manajemen bukan hanya dilakukan selama pemberian asuhan primer berkala atau
kunjungan prenatal saja, tetapi juga
selama wanita tersebut bersama bidan, misalnya pada waktu persalinan.
Beberapa data
mungkin mengindikasikan situasi yang gawat yang mengharuskan bidan mengambil
tindakan segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya
perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah lahir, distosia bahu, atau
nilai APGAR yang rendah).
Dari data yang di kumpulkan, akan terlihat mana situasi yang memerlukan
tindakan segera dan mana yang harus menunggu intervensi dari dokter (misalnya,
prolaps tali pusat). Situasi lainnya bisa saja tidak merupakan kegawatan tetapi
memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.
Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari preeklamasia, kelainan
panggul, adanya penyakit jantung, diabetes atau masalah medik yang serius,
bidan perlu memerlukan konsulatasi atau kolaborasi dengan dokter. Dalam kondisi
tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau kolaborasi
dengan demikian dokter atau tim kesehatan lainnya seperti pekerja sosial, ahli
gizi atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir.
e. Langkah V: Merencanakan Asuhan Menyeluruh
Pada
langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkah-langkah
sebelumnya. Langkah ini merupakan lanjutan manajemen terhadap masalah atau
diagnosa yang telah diidentifikasi atau diantisipasi pada langkah ini informasi
atau data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Rencana
asuhan yang menyeluruh tidak hanya apa yang sudah diidentifikasikan dari
kondisi klien atau dari siapa masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka
pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan
terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu
merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial, ekonomi,
kultural atau masalah psikologis.
Dengan
perkataan lain, asuhan terhadap wanita tersebut sudah mencakup setiap hal yang
berkaitan dengan semua aspek asuhan kesehatan. Setiap rencana asuhan haruslah
disetujui oleh kedua belah pihak, yaitu oleh bidan dan klien, agar dapat
dilaksanakan dengan efektif karena klien juga akan melaksanakan rencana
tersebut. Oleh karena itu, pada langkah ini tugas bidan adalah merumuskan
rencana asuhan sesuai dengan hasil pembahasan rencana bersama klien, kemudian
membuat kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya.
Semua
keputusan yang dikembangkan dalam asuhan penyuluhan ini harus rasional dan
benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta
sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan klien.
Rasional yang berdasarkan asumsi yang tidak sesuai dengan keadaan klien dan pengetahuan teori yang salah atau tidak memadai atau berdasarkan suatu data dasar yang tidak lengkap, bisa dianggap tidak valid dan akan menghasilkan asuhan klien yang tidak lengkap dan berbahaya.
Rasional yang berdasarkan asumsi yang tidak sesuai dengan keadaan klien dan pengetahuan teori yang salah atau tidak memadai atau berdasarkan suatu data dasar yang tidak lengkap, bisa dianggap tidak valid dan akan menghasilkan asuhan klien yang tidak lengkap dan berbahaya.
f. Langkah VI: Melaksanakan Perencanaan
Pada
langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada
langkah ke lima dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa
dilakuka sepenuhnya oleh bidan atau sebagian dilakukan oleh bidan dan sebagian
lagi oleh klien, atau tim kesehatan lainnya. Jika bidan tidak melakukan
sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya
(misalnya : memastikan agar langkah-langkah tersebut benar-benar terlaksana).
Dalam
situasi dimana bidan berkolaborasi dengan dokter, untuk menangani klien yang
mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan dalam manajemen asuhan bagi klien
adalah teta bertanggungjawab terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang
menyeluruh tersebut. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya
serta meningkatkan mutu dari asuhan klien.
g. Langkah VII: Evaluasi
Pada
langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah
diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi di dalam
masalah dan diagnosa. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar
efektif dalam pelaksanaannya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut
telah efektif sedang sebagian belum efektif.
Mengingat
bahwa proses manajemen asuhan ini merupakan suatu kontinum maka perlu mengulang
kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui proses manajemen
untuk mengidentifikasikan mengapa proses manajemen tidak efektif serta
melakukan penyesuian pada rencana asuhan tersebut.
Langkah-langkah proses manajemen pada umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis. Karena proses manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah yang terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja.
Langkah-langkah proses manajemen pada umumnya merupakan pengkajian yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta berorientasi pada proses klinis. Karena proses manajemen tersebut berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah yang terakhir tergantung pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini dievaluasi dalam tulisan saja.
Pendokumentasian proses manajemen
kebidanan
Asuhan
yang telah diberikan harus dicatat secara benar, jelas, singkat, logis dalam
suatu metode pendokumentasian. Alur berfikir bidan saat merawat klien meliputi
7 langkah. Agar orang lain mengetahui apa yang telah dilakukan bidan melalui
proses berfikir sistematis, dokumnetasi dibuat dalam bentuk SOAP. ( Hj.
Saminem, 2010, hal. 45)
Pendokumentasian proses manajemen kebidanan
dalam contoh kasus.
Ibu
datang ke RS kirimin bidan mengeluh keluar air-air sejak 2 hari yang lalu
disertai mules-mules sejak 1 hari yang lalu, ibu mengatakan anak pertama tidak
pernah keguguran KU : baik, Kesadarn : composmentis, TTV : TD : 120/80mmHg, N :
81x/menit, R : 20x/menit S : 35,7⁰C TFU : 30cm,
Palpasi : Leopold I : besar lunak, Leopold II : Puka, Leopold III : bulat besar
melenting, his : 3x dalam 10 menit lamanya 30 detik, kekuatan : sedang,
Relaksasi : +, Djj : 190x/menit, Vt : vulva dan vagina tidak ada kelainan,
porsio tidak teraba, pembukaan : 8cm, ketuban : - , preskep, penurunan HIII,
UUB didepan, molase : - , bloodslym : +
Jawab :
KALA I
S : Ibu mengatakan keluar air – air sejak 2
hari yang lalu
Ibu
mengatakan mules – mules sejak 1 hari yang lalu
Ibu
mengatakan anak pertama
Ibu
mengatakan tidak pernah keguguran
O : Keadaan Umum : baik
Kesadaran : Composmentis
TTV
: Td : 120/80mmHg
N : 81x/menit
R : 20x/menit
S : 37,5⁰C
Tfu : 30cm
Palpasi : Leopold I : Bokong
Leopold II : Puka
Leopold III :
Kepala
Leopold IV : kepala 2/5
his : 3x dalam 10 menit
lamanya 30 detik
kekuatan : sedang
Relaksasi : +
Djj : 190x/menit
Vt :
vulva dan vagina tidak ada kelainan, porsio tidak teraba, pembukaan : 8cm, ketuban : - , preskep,
penurunan HIII, UUB didepan, molase : - , bloodslym : +
A : Ibu G1PoA0 hamil
aterm inpartu kala I fase aktif dengan KPD
Janin tunggal hidup intra uterin Preskep dengan UUB didepan
Tindakan segera : melakukan penolongan dengan Ekstraksi Forcep
P :
1. menjelaskan pada ibu hasil pemeriksaan TTV :
TD : 120/80x/menit N : 81x/menit R : 20x/menit S : 37,5⁰C
2. Memberi dukungan dan support mental
3. Mencukupi nutrisi ibu,dengan memberikan the
manis hangat kepada ibu.
4. Mengajarkan teknik relaksasi yang
baik,bernafas panjang jika ada his dan beristirahat jika tidak ada his.
5. Menganjurkan ibu untuk miring kekiri,agar
mempercepat proses penurunan kepala.
6. Menghadirkan mendamping ibu yaitu suami ibu
7. Mengobservasi djj, Djj (+) frekuensi, teratur
8. Pada pukul 10.00 WIB ibu merasa ingin meneran.
9. Menyiapkan alat-alat persalinan,seperti partus
set, hacting set, infuse set, alat-alat forcep, obat-obatan, perlengkapan ibu,
perlengkapan bayi dan perlengkapan PI.
10. Mendokumentasikan kedalam patologi.
KALA II
S : Ibu merasakan mules-mules tak tertahankan
lagi dan ingin meneran.
O : KU : tampak kesakitan,kesadaran:komposmentis,emosional;stabil,
TTV : Td : 120/80mmHg
N : 81x/menit
R : 20x/menit
S : 37,5⁰C
Palpasi : Leopold I : Bokong
Leopold II : Puka
Leopold III :
Kepala
Leopold IV : kepala 3/5
his : 3x dalam 10 menit
lamanya 40 detik
kekuatan : Kuat
Relaksasi : baik
DDJ: 192x/menit
Vt: vulva dan vagina tidak ada kelainan,
porsio tidak teraba, pembukaan :
10cm, ketuban : - , preskep, penurunan HIII +, UUB didepan, molase :
- , bloodslym : +
A : Ibu G1P0A0 Hamil
aterm inparti kala II dengan KPD
Janin tunggal hidup intra uterin presentasi
kepala dengan UUB didepan.
Tindakan segera : penolongan persalinan dengan
ekstraksi forcep
P
:
1. Mendekatkan alat-alat
2. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan
3. Menghadirkan pendamping yaitu suami ibu
4. Mengajarkan teknik meneran yang benar, ibu
mengerti dan melaksanakannya
5. Memberi dukungan ibu agar bersemangat, ibu
mengerti dan akan bersemangat
6. Memberi teh manis hangat untuk menambah tenaga
ibu
7. Melakukan PD, hasil PD : vulva dan vagina
tidak ada kelainan, porsio tidak teraba, pembukaan lengkap, presentasi kepala
UUB didepan, penurunan H III+, molase -, blood slym +
8. Mendengarkan djj, djj (+) frekuensi 193x/menit
9. Memasang kain bedong dan handuk setelah kepala
sudah tampak di depan vulva
10.
Menolong
persalinan dengan ekstraksi forcep :
Jelaskan tindakan yang akan dilakukan :
-
Mencuci tangan 7 langkah efektif,
-
Pakai handscoon kanan kiri, ambil dengan
korentang,
-
Letakkan duk dibawah bokong ibu, sarung
kaki kanan dan kiri dan duk diatas perut ibu,
-
Pasang duk klem antara sarung kaki ibu
dan duk diatas perut ibu kiri, kanan dan tengah,
-
Melakukan desinfektan pada ibu, dari
paha ibu sampai vulva dengan searah dari atas ke bawah,
-
Melakukan periksa dalam, vulva dan
vagina tidak ada kelainan, menilai porsio tidak teraba, ketuban (+), posisi UUK
belakang, bloodslym (+), molase (-),
-
Melakukan amniotomi,
-
Melakukan orientasi, pegang cunam dalam keadaan terkunci, tangan kiri memegang
solid, tangan kanan memegang penistrid, pegang sendok seperti memegang pensil,
-
Tangan kiri membuka labia mayor, tangan
kanan masuk ke vagina 2 jari atau lebih secara obstetric,
-
Tangan kiri memegang forsep solid, lalu
masukkan perlahan-lahan diantara sela-sela jari dan kepala, dorong dengan ibu
jari, asisten membantu memegang forsep solid,
-
Tangan kanan memegang forsep penistrid,
lalu masukkan perlahan-lahan diantara sela-sela jari dan kepala, dorong dengan
ibu jari,
-
Periksa apakah ada bagian yang terjepit,
misal : servik, posrio,
-
Setelah yakin tidak ada bagian yang
terjepit, kunci forsep,
-
Posisi penolong kuda-kuda, dengan tangan
kiri di handel, telunjuk kanan di ubun-ubun kecil belakang,
-
Melakukan traksi percobaan, apabila
kepala ikut tertarik, berarti pemasangan berhasil,
-
Melakukan penarikan, dengan dengan
tangan kanan di handel dan tangan kiri di leher forsep, kebawah keatas, pada
saat terjadi peregangan lakukan episiotomi,
-
Lepaskan kunci forsep, maka lahirlah kepala secara berturut – turut
-
Lakukan sangga susur, maka lahirlah
seluruh badan bayi
-
Letakan bayi diatas perut ibu
-
Keringkan bayi sambil menilai apgar
scorenya
-
Saat plasenta muncul di introitus
vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga
selaput ketuban terpilin, kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah
yang telah disediakan.
·
Jika selaput ketuban robek, pakai sarung
tangan DTT tau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput, kemudian gunakan
jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput
yang tertinggl.
-
Segera setelah plasenta dan ketuban
lahir, lakukan masase uterus, letakan telapak tangan di fundus dan lakukan
masase dengan gerakan melingkar secara lembut hingga uterus berkontraksi
(fundus teraba keras)
·
Lakukan tindakan yang diperlukan jika
uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik melakukan rangsangan taktil/masase
-
Periksa kedua sisi plasenta baik bagian
ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukan plasenta
kedalam kantung pelastik atau tempat khusus.
-
Evaluasi kemungkinan laserasi pada
vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi meyebabkan perdarahan
-
Memastikan uterus berkontraksi dengan
baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam
-
Beri cukup waktu untuk melakukan kontak
kulit ibu-bayi (di dada ibu paling sedikit 1 jam)
·
Sebagian besar bayi akan berhasil
melakukan inisiasi menyusui dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama
biasanya berlangsung sekitar 10-15 menit. Bayi cukup menyusu dari satu
payudara.
·
Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1
jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.
-
Lakukan penimbangan/ pengukuran bayi,
beri tetes mata antibiotic profilaksis, dan vitamin K1 1mg intramaskuler dipaha
kiri anterolateral
-
Berikan suntikan imunisasi hepatitis B
(setelah 1 jam pemberian vitmin K1) di paha kanan anterolateral
·
Letakan bayi didalam jangkauan ibu agar
sewaktu-waktu bisa disuse
·
Letakan kembali bayi di dada ibu bila ia
belum berhasil menyusu didalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi
berhasil menyusu
-
Melanjutkan pemantauan kontraksi dan
mencegah perdarahan pervaginam
·
2-3 kali dalam 10 menit pertama pasca
persalinan
·
Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca
persalinan
·
Setip 20-30 menit pada jam kedua pasca
persalinan
·
Jika uterus tidak berkontraksi dengan
baik, lakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksanakan atonia uteri
-
Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan
masase uterus dan menilai kontraksi
-
Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan
darah
-
Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung
kemih setiap 15 menit selama 1 jam pasca persalinan, dan setiap 30 menit selama
jam kedua pasca persalinan
·
Memeriksa temperature tubuh ibu sekali
setiap jam selama 2 jam pertama pasca pesalinan
·
Melakukan tindakan yang sesuai untuk
temuan yang tidak normal
-
Memeriksa kembali bayi untuk memastikan
bahwa ia bernafs dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal
(36,5-37,5 0C)
-
Melakukan penilaian selintas :
·
Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan?
·
apakah bayi bergerak aktif?
Jika
bayi tidak menangis , tidak bernafas atau megap-megap, segera lakukan tindakan
resusitasi (langkah 25 ini berlanjut ke
langkah – langkah prosedur resusitasi bayi baru lahir dengan asfiksia).
-
Mengeringkan tubuh bayi, mulai dari
muka, kepala dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk
basah dengan handuk/kain yang kering.
Letakkan bayi diatas perut ibu.
-
Memeriksa kembali uterus untuk
memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus.
-
Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik
oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
-
Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir,
suntikkan oksitosin 10 unit IM (intramuskuler) di 1/3 paha atas bagian distal
lateral (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).
-
Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit
tali pusat dengan klem kira –kira 3 cm dari pusat bayi. Dorong isi tali pusat
pada 2 cm distal dari klem pertama.
-
Pemotongan dan pengikatan tali pusat
·
Dengan satu tangan, angkat tali pusat
yang telah dijepit kemudian lakukan pengguntingan tali pusat (lindungi perut
bayi) diantara 2 klem tersebut.
·
Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril
pada satu sisi, kemudian lingkaran kembali benang ke sisi yang berlawanan dan
lakukan ikatan kedua menggunakan dalam wadah yang telah disediakan.
-
Tempatkan bayi untuk melakukan kontak
kulit bayi. Letakkan bayi dengan posisi
tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel dengan baik di
dinding dada-perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu
dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu.
-
Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain
hangat dan memasang topi di kepala bayi.
-
Memindahkan klem pada tali pusat hingga
berjarak 5-10 cm dari vulva.
-
Meletakkan satu tangan di atas kain pada
perut ibu, di tepi atas simpisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan
tali pusat.
-
Setelah uterus berkontraksi, tegangkan
tali pusat dengan tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan
tangan kanan, sementara tangan kiri menekan uterus dengan hati-hati ke arah dorsokranial.
Jika plasenta tidak setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan
tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya, lalu ulangi prosedur.
-
Melakukan penegangan dan dorongan
dorsokranial hingga plasenta terlepas, minta meneran sambil penolong menarik
tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti
poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorsokranial).
-
Menempatkan semua peralatan bekas pakai
dalam larutan klorin 0,5 % untuk dekontaminasi (10menit). Cuci dan bilas peralatan
setelah didekontaminasi.
-
Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke
tempat sampah yang sesuai
-
Membersihkan badan ibu dengan
menggunakan air DTT. Bersihkan pula sisa cairan ketuban, lendir, dan darah.
Bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering
-
Memastikan ibu merasa nyaman dan
beritahu keluarga untuk membantu apabila ibu ingin minum
-
Dekontaminasi tempat persalinan dengan
larutan klorin 0,5 %
-
Celupkan sarung tangan kotor kedalam
larutan klorin 0,5 %, balikan bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin
0,5 % selama 10 menit
-
Mencuci tangan dengan sabun dan air
mengalir, kemudian keringkan dengan tisu atau handuk pibadi yang kering dan
bersih
-
Melengkapi partograf ( halaman depan dan
belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV.
KALA III
S : Ibu senang atas kelahiran anaknya
Ibu
masih merasakan mules pada perutnya.
O :
KU :
baik, kesadaran : composmentis,emosional stabil, TTV,TD:120/70mmHg,N: 85x/menit,R:
21x/menit,S: 37⁰C.TFU:setinggi pusat,plasenta belum
lahir,kontraksi baik,kandung kemih kosong,dan adanya tanda-tanda gejala kala
III:tali pusat memanjang,uterus globuler,dan adanya semburan darah secara
tiba-tiba.
A : Ibu P1Ao Partus kala
III
P :
1. Menjelaskan pada ibu bahwa akan dilakukan
pengeluaran plasenta
2. 2. Mengecek tanda-tanda pelepasan plasenta,
plasenta sudah lepas dari dinding uterus
3. Memindahkan klem tali pusat 5-10cm dari depan
vulva
Lalu melakukan peregangan tali pusat
terkendali dengan tangan kanan, tangan kiri menahan supra sympisis mendorong
uterus kearah dorso cranial, plasenta lahir spontan lengkap pada pukul 10.45
WIB. Selaput dan kotiledon utuh, diameter 15 cm tali pusat insersi sentralis,
dan panjang 25cm.
4. Melakukan masase fundus uteri sebanyak 15 kali
selama 15 detik
5. Mengidentifikasi plasenta :
a) Bagian maternal : - selaput lengkap/utuh (amnion dan korion).
-
Kotiledon
lengkap
-
Diameter
10 cm
-
Tebal
2cm
b) Bagian fetal :
- insersi tali pusat sentralis
- panjang
45 cm
-
diameter 10 cm
- tebal 2 cm
6. memeriksa perdarahan dan robekan, ternyata
tidak ada robekan dan jumlah perdarahan ± 50 cc.
KALA 1V
S : Ibu masih merasakan mules pada perutnya
Ibu
merasa senang karena bayinya sudah lahir
Ibu
merasa lelah
O :
Pemeriksaan umum:
KU:
baik, kesadaran : komposmentis, Emosional : stabil, TD : 120/70mmHg, N :
82x/menit,R : 21x/menit,S : 36 x/menit.
Pemeriksaan khusus :
TFU : 2 jari dibawah pusat,kandung kemih
kosong, perdarahan 50 cc.
A : Ibu P1A0 Partus kala IV
P :
1. Menjelaskan kepada ibu bahwa rasa mules yang
dirasakan adalah hal yang normal yaitu pemulihan dan pengecilan rahim, ibu
mengerti penjelasan bidan.
2. Mengobservasi TTV, TFU, kontraksi, kandung
kemih,perdarahan setiap 15 menit sekali pada jam pertama pasca persalinan.
3. Mengobservasi TTV, TFU, kontraksi, kandung
kemih, perdarahan setiap 30 menit
4. Membereskan dan merendam alat diklorin 0,5 %
selama 10 menit.
5. Mencucu tangan 7 langkah efektif.
6. Melakukan perawatan 6 langkah BBL
7. Menganjurkan ibu untuk beristirahat.
8. Mendokumentasikan semua hasil pemeriksaan,
pendokumentasian sudah dilakukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar